Nyaba Warga Pondokjaya, Lurah Nurman Temukan 'Harta Karun' Terpendam

KabarPublik-Pondokjaya 

Pondokjaya katanya menyimpan 'harta Karun'..? Hmm...harta Karun terpendam apa ya, jadi bikin penasaran nih !

Lurah Pondokjaya, Nurman Hakim foto bersama seekor Kelinci kontes milik Ferry, warga RW02, Kelurahan Pondokjaya yang menjadi salah satu 'harta karun' terpendam di wilayahnya.

Diam-diam rupanya Kelurahan Pondokjaya, Kecamatan Cipayung, Kota Depok menyimpan 'harta Karun'. Rasa penasaran mengundang keingin-tahuan cukup besar. Aku pun coba mengikuti Lurah Pondokjaya, Nurman Hakim yang punya program Nyaba Warga Pondokjaya --- satu kegiatan mengunjungi lingkungan (RT/RW) dan warga yang menjadi kegiatan rutin turun kebawah sejak dilantik  Walikota Depok beberapa bulan lalu.

Lurah Pondokjaya, Nurman Hakim foto bersama Ferry dan Kelinci ternaknya di tempat budidaya di RW02, Senin (7/3/22).

Tibalah di lokasi  'harta karun', tepatnya di sebuah rumah warga di RW 02. Tidak ada tanda-tanda rumah itu menyimpan harta karun seperti cerita 1001  Malam, kecuali terlihat jejeran kandang-kandang berisikan puluhan ekor Kelinci. Belakangan baru tahu ternyata oh ternyata harta karun terpendam  yang dimaksud itu tidak lain adalah budidaya ternak Kelinci. 

Akh..! Kirain harta karun emas, berlin dan atau sejenisnya, ternyata kelinci.!

Ya memang Kelinci-- bukanlah emas permata yang biasa dikenal masyarakat sebagai harta karun. Tapi jangan mencibir dolo. 


Meski sebatas kegiatan rumahan, ternyata budidaya ternak Kelinci berbagai varian (jenis) cukup dikenal dan berorientasi eksport ke Asia, Vietnam, Philipina, Amerika.

Sayangnya budidaya ternak Kelinci yang sudah dikenal orang di luar Depok selama ini nyaris tidak tersentuh dan tertangani pembinaannya oleh Pemkot Depok.

Meski Kelincinya tujuan eksport, tapi Ferry membudidayakan ternak Kelinci di kandang yang sederhana.

Padahal kegiatan rumahan yang dikelola Ferry, warga RW 02 Kelurahan Pondokjaya  memiliki prospek usaha yang cukup besar.

Apalagi bila budidaya ternak Kelinci ini dikelola secara profesional, sehingga berdampak positif terhadap kehidupan dan penghidupan warga terutama kaum millenia setempat dan pada akhirnya dapat mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan sebagaimana visi Kota Depok yang Maju, Berbudaya dan Sejahtera.

Kegiatan budidaya ternak Kelinci ini ditemukan Lurah Pondokjaya, Nurman Hakim saat rutin melaksanakan program Nyaba Warga Pondokjaya.

"Awalnya saya menyangka satu rumah di RW 02 terlihat ada beberapa kandang berisi Kelinci-Kelinci adalah kegiatan rumahan biasa dari seorang warga yang bernama bang Ferry, ternyata dia memiliki banyak ras atau jenis Kelinci yang cukup dikenal di luar Depok, bahkan konsumennya dari luar negeri. Kelincinya untuk kontes," beber Nurman kepada KabarPublik.co.id di lokasi budidaya kelinci milik Ferry, Senin (7/3/22),

Ditemui di rumahnya, Senin (7/3/22), Ferry menuturkan kegiatan budidaya ternak Kelinci diawali dari hobbynya pada hewan Kelinci.

"Saya sejak kecil memang suka dengan Kelinci," tutur pemuda asli Pondokjaya itu.

Awalnya sekedar hobby dengan memelihara lima ekor anakan kelinci yang dibeli dari pedagang Kelinci di Pasar Citayam, Depok.

Kelima ekor Kelinci itu menjadi 'teman' main dan hiburan seusai pulang kerja atau di hari liburnya.

Belum ada keinginan untuk berbisnis Kelinci karena masih fokus bekerja di bank BRI Bahkan  ketika kena PHK dari bank, kenang Ferry,  diliputi perasaan bingung mau melamar pekerjaan di mana danusaha apa, sementara tidak punya modal.

Dia pun mencoba pelihara burung berkicau, ternyata usaha ini hanya kalangan terbatas, artinya khusus pecinta burung kicauan,  bukan burung pedaging. Apalagi pasaran burung berkicau anjlok.

"Saya mencoba hobby burung kicauan, tapi ga bertahan lama, saya pun bingung," tutur Ferry hingga ada temannya menyarankan coba usaha Kelinci. Ya, Kelinci, Ferry membatin.

 Pemuda 36 tahun ini pun mengikut saran temannya dan kata hatinya."Saya pun beternak dan menjual Kelinci pedaging," kenang Ferry,  namun untung hanya untuk makan. Nyaris ingin berhenti.!

Seorang sahabat kembali menyarankan agar Ferry tidak hanya budidaya Kelinci pedaging saja, tapi bisa ditambah dengan budidaya Kelinci untuk kontes atau Kelinci hiasan."Sebab Kelinci kontes memang untungnya agak lumayan dibandingkan Kelinci pedaging," tutur Ferry 

Ferry pun memulai budidaya peternakan Kelinci kontes."Ternyata permintaan Kelinci kontes cukup banyak dan cukup prospek," ungkap Ferry menambahkan, seperti Kelinci pedaging, begitu pula untuk memulai budidaya ternak Kelinci kontes di awal beberapa ekor untuk 1-2 jenis.

Menurut Ferry, berdasarkan informasi Kelinci mempunyai sedikit 300 varias/jenis, sementara dirinya saat ini memiliki 12 varian Kelinci lokal dan kelinci hias.

"Saat ini  saya punya belas jenis atau ras Kelinci dan ternyata banyak peminatnya," ujarnya.

Usaha kelinci hias cukup prospek, apalagi untuk eksport. Pasaran anakan Kelinci lokal hanya Rp35,000/ekor umur duabulan, sementara anakan Kelinci hias berkisar Rp100,000-Rp30,000/ ekor usia duabulan tergantung tergantung jenis variannya. Sedangkan harga eksport pake mata uang dollar Amerika atau setara mencapai Rp7 juta/ ekor.

"Jadi usahanya cukup prospek dan menggiurkan," kata Ferry.

Ferry berkeinginan mengembangkan budidaya ternak Kelinci varian Hias, terutama untuk eksport hanya selama ini belum tahu prosedur untuk memperoleh izin eksport dan modal usaha.

"Saya selama ini titip ke teman yang punya izin eksport apabila ada permintaan dari mancanegara," kata Ferry.

Namun menitip ke perusahaan eksport, menurut dia, tentu saja mengeluarkan dan risiko." Kita juga harus menghitung biaya pengiriman dengan harga Kelinci, belum lagi bila Kelincinya mati," tandasnya.

Lurah Pondokjaya, Nurman Hakim menuturkan, budidaya ternak Kelinci lokal dan hias milik Ferry sesungguhnya bisa dijadikan obyek wisata edukasi dan lingkungan.

" Lokasinya bisa jadi ECO tourism dan Edu tourism, suatu obyek wisata alternatif di Kota Depok, sehingga para siswa dari PAUD, TK hingga sekolah dasar dan keluarga. Jadi warga Depok tidak perlu keluar Depok untuk mencari wisata keluarga," pungkas Nurman.

 (Jaya Kamarullah )








No comments:

Post a Comment